CERMIN HIDUP: MALAIKAT TANPA SAYAP
Sebuah film dari Rako Prijanto
Oleh: Diyah Ayu Candra
—-Dalam hidup tidak ada jaminan untuk terus bahagia tidak ada kepastian untuk apapun. Setiap orang bisa terlempar keluar dari kotak rasa nyamannya, secara tiba-tiba. Kita memang hidup dalam sekat-sekat, pengotakan, pelebelan, dan saat lebel kita dicabut kita bukan siapa-siapa lagi.— Malaikat tanpa sayap.
Sebuah ungkapan yang manis dari seorang guru bahasa Indonesia yang sangat berjasa bagi kehidupan anak-anak di suatu desa dekat kota Tulungagung mengatakan, “di dunia ini tak ada yang pasti. Semuanya serba mungkin. Kepastian hanya kampung akhirat. Seseorang yang cerdas adalah dia yang mempersiapkan segala sesuatu yang pasti bukan mereka yang mempersiapkan segala sesuatu yang masih absurd, serba mungkin, belum jelas, belum pasti, dan tak ada jaminan apapun atasnya.”
Dua paragraf diatas jika ditelisik lebih dalam, maka akan mempunyai persamaan walaupun diucapkan oleh orang yang berbeda. Rako Priyanto melukiskan apa yang ingin disampaikannya melalui film, sedangkan guru tadi melukiskannya dengan kalimat lugas kepada murid-muridnya. Rako Prijanto, agaknya ingin menyampaikan sebuah cerita kehidupan real manusia kota di abad terakhir ini. Hal ini terwakili oleh adegan-adegan dalam film yang begitu jelas menceritakan kehidupan yang keras dialami oleh pemain-pemain di dalamnya. Film “Malaikat tanpa Sayap” dengan lembut mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersyukur dan bersabar atas apa yang telah menimpa kehidupan kita.
AYAH JUGA MANUSIA; BUKAN MALAIKAT
Malaikat Tanpa Sayap adalah sebuah film dari Rako Prijanto. Seperti karya sastra yang lainnya isi lahir, dan tercipta dari sebuah perenungan tentang pengalaman hidup, identitas, pandangan filsafat, maupun perasaan-perasaan pengarangnya. Konsep ini memosisikan hakikat penciptaan sastra sebagai ”ruang obsesi” untuk mengadakan pembongkaran (decoding) dan pemaknaan (signifying) tentang pengalaman-pengalaman hidup manusia. Artinya, karya sastra bukanlah fotokopi suatu objek (kenyataan, atau realitas objektif), tetapi lebih pada suatu tindakan menghadirkan kembali kenyataan dalam pergumulan konsepsi, imajinasi, realitas, dan kata untuk direfleksi dan diinterpretasi oleh siapa saja.(3)
Pepatah mengatakan bahwa roda dunia itu selalu berputar. Adakalanya kita berada di atas adakalanya kita berada di bawah, atau mungkin juga kita hanya berada dalam suatu kondisi yang sama. Tak ada yang bisa memastikan. Film ini mempunyai ide yang sederhana, akan tetapi penggarapannya yang total, efek animasi, dan setting yang segar menjadikan film ini ringan dinikmati, meskipun penuh dengan kejutan. Bumbu percintaan di dalam kerasnya kehidupan ynag dominan dalam film ini mengakibatkan penonton begitu nyaman menikmati film sampai selesai.
Kisah percintaan yang penuh dengan dilema. Rumit bagi keduanya, utamanya bagi Vino. Kisah cintanya serumit kisah hidup dalam keluarganya. Dimulai dari permasalahan sock yang mendalam diantara semua anggota keluarganya. Sang Ayah yang mengalami kebangkrutan, sehingga membalikkan kehidupan keluarganya menjadi 360o.
Penggambaran perempuan kota masa kini, yang materialistis dan gegabah tergambar pada Mama yang akhirnya meninggalkan keluarganya. Di saat kondisi yang sangat genting di keluargany, justru dia meninggalkan keluarganya. Seandainya saja dia mau bersabar dan bersyukur seperti yang telah seringkali disebut-sebut oleh suaminya. Dikarenakan kegelisahan yang dialami sang istri tak lama kemudian akan segera tertepis, karena suami beberapa waktu kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai sopir taksi. Meskipun penghasilannya tak seperti saat menjadi direktur. Namun, jika disyukuri tentu hasilnya akan lebih indah. Anak-anaknya tak kehilangan dirinya.
Penderitaan belum berakhir setelah kepergian Mama. Wina kecelakaan di kamar mandi. Kakinya luka berdarah. Setelah didiagnosa, ternyata Wina terkena infeksi dan harus dioperasi, jika tidak kakinya akan diamputasi. Kondisi yang sangat genting ini akhirnya menjadikan hubungan Vino dengan ayahnya merenggang, semakin merenggang. Vino ingin menyelematkan adik satu-satunya. Suatu ketika, dia ingin mencuri motor di sebuah parkiran pertokoan. Namun, apa daya, nasib tak memihak padanya. Justru babak belurlah ia digrebek warga.
Lelaki, makhluk dingin yang mampu memendam sunyinya sendiri, mungkin itulah yang tergambar dalam tokoh Ayah. Setelah kepergian istrinya, dia berusaha mencari pekerjaan apapun yang terpenting bisa memenuhi kehidupan keluarganya. Dia menjadi ayah dan menjadi ibu bagi anak-anaknya. Namun, ayah adalah ayah. Bukan malaikat yang bersayap, yang dengan sayapnya mampu menyelesaikan segala permasalahn ayang tengah dihadapinya. Ia tak mampu mengejawentahkan cintanya dalam bahasa lembut seperti istrinya. Sehingga, yang ada selalu saja pertentangan yang berkepanjangan dengan anak lelakinya, Vino.
Itu pulalah yang tergambar dari Vino. Dia mengubur sepinya sendiri. Tawaran untuk mendonorkan jantungnya akhirnya menjadi pilihan untuk mengakhiri kekurangan finansial keluarganya. Sebuah gambaran manusia-manusia kota, mantan orang kaya yang tak bisa bersabar dan bersyukur. Dalam kegelisahan dan kegundahan datanglah Maura yang memberikan cinta kepada Vino.
BERDAMAI DENGAN ARUS
—Peresetan dengan pengkotak-kotakan, sekat-sekat yang berdiri tegak diantara manusia, toh hidup ini dunia mainnya orang dewasa kita pura-pua tua untuk melewatinya, atau pura-pura menjadi anak-anak untuk menghindarinya.—
Kisah cinta yang penuh dilema terkemas indah. Jalan cerita menjadi semakin nyaman dinikmati dengan cerita cinta keduanya. Isyarat cinta yang sederhana. Tak perlu banyak kata-kata, yang menjadikan seorang Vino menjadi utuh. Sebuah cinta dewasa yang matang, walaupun di usia yang masih remaja.
Cinta yang penuh dilema, saat mengetahui bahwa kekasihnya menderita sakit jantung dan sewaktu-waktu akan pergi tanpa permisi padanya. Rasanya rapsodinya dalam dirinya menjadi nyanyian cintanya, saat mengetahui bahwa jantungnya yang akan ia donorkan untuk kekasihnya. Sungguh, ujian cinta yang sulit tergambarkan. Mendonorkan jantungnya untuk orang yang dia cinta sedangkan dia harus rela pergi untuk selama-lamanya dan tidak lagi bertemu dengan orang terkasihnya itu.
Lelaki, makhluk yang pandai menyembunyikan sepinya sendiri. Mencintai Maura, menjadikan Vino manusia yang utuh. Dia mempunyai teman berbagi. Teman seperjuangan dalam kehidupan. Vino yang memperjuangkan finansial keluarganya. Maura memperjuangkan hidupnya.
Vino dan Maura menikmati kehidupan mereka sekarang. Mereka mulai berdamai dengan arus. Mereka tak lagi memikirkan pengkotak-kotakan dan pelebelan yang ada dalam kehidupan ini.
Kunci dari pernikahan itu adalah komunikasi. Komunikasi itu pulalah kunci dari kehidupan ini. Dalam film ini pula kita menemukan sebuah pesan bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Bagaimana dengan komunikasi menjadikan seseorang yang sekarat, akhirnya bisa mempunyai semangat hidup lagi. Seorang berandalan yang keras kepala, yang akan bunuh diri menjadi mempunyai semangat hidup lagi.
Komunikasi antara kedua insan yang saling jatuh cinta itu menjadikan kehidupan keduanya utuh. Tak lagi separoh. Keduanya biasa membagikan apa yang mereka rasakan sehingga, mereka mempunyai semangat hidup lebih.
TRANSPLANTASI JANTUNG: TRANSPLANTASI KEHIDUPAN
Ternyata takdir berkehendak lain tentang Vino. Ia tidak jadi menjadi pendonor jantung untuk Maura, akan tetapi pendonor jantung itu adalah ayahnya. Dikarenakan sang ayah yang telah merasa tak kuat setelah jantungnya di tembak oleh pacar gelap istrinya, yang datang ingin membawa Wina pergi.
Kepergian papa Vino, sebuah pukulan bagi Vino dan Wina. Jika diminta untuk memilih, maka Vino akan memilih Maura dan Ayahnya tetap ada. Akan tetapi, adakalanya takdir tak pernah memberi pilihan kepada kita. Sehingga, kita hanya boleh menjalaninya saja.
Transplantasi jantung: transplatasi kehidupan. Itulah mungkin kata yang tepat menggambar cerita ayah yang telah mentransplantasikan jantungnya untuk Maura. Berakhirlah film ini dengan manis dan nyaman. Sudah jelaslah bahwa ayah tetap menjadi malaikat bagi Vino. Maskipun, seperti lagu Dewi lestari yang mengungkapkan bahwa malaikat tak bersayap. Itulah, ayah Vino yang telah bekerja keras mempertahankan keluarganya. Bekerja menjadi sopir taksi meskipun tak sesuai dengan pendidikannya sebagai Master. Diakhir cerita ayah juga mendonorkan jantungnya untuk Maura menggantikan donor jantung yang akan dilakukan Vino untuk Maura.
Ayah rela mati untuk kebahagian anak-anaknya. Ia malaikat tanpa sayap yang tak terlihat, dan tak rupawan.
—Lelahmu jadi lelahku juga, bahagimu, bahagiaku pasti,berbagi, takdir kita selalu, kecuali tiap kau jatuh hati, kali ini hampir habis dayaku, membuktikan kepadamu ada cinta yang nyata, setia hadir setiap hari, tak tega biarkan kau sendiri, meski seing kali kau malah asyik sendiri, karena kau tak lihat, terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan, namun kasih ini, silakan kau adu, malaikat juga tahu, siapa yang jadi jauaranya, hampamu tak kan hilang semalam, oleh pacar impian, tetapi kesempatan, untukki yang mungkin tak sempurna, tapi siap untuk diuji, kupercya diri, cintakulah yang sejati, namun tak kau lihat, terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan, namun kasih ini, silakan kau adu malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya, kau selalu meminta terus kutemani dan kau slalu bercanda anadi wajahku diganti, melarangku pergi karena tak sanggup sendiri namun tak kau lihat, terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan, namun kasih ini, silakan kau adu, malaikat juga tahu aku kan jadi juaranya.—–